Suatu hari, aku ingin kamu membaca ini.
Teruntuk kamu teman beradu argumenku.
Teruntuk kamu yang lengan pakaiannya sering aku gunakan
untuk menghapus air mataku ketika aku menangis.
Teruntuk kamu, seseorang yang sering membuat kesal, tapi
selalu aku rindukan.
Ketika kamu membaca ini, aku pastikan perasaanku masih sama,
seperti hari ini.
Hari di mana aku mencintaimu dengan sangat.
Aku mengingatnya.
Di beberapa malam sebelum aku bertemu denganmu, aku berada
dalam keadaan sangat payah.
Mungkin seperti mendung yang kehilangan hujan.
Dan hingga hari ini,
Kamu masih sama seperti saat aku sedang dalam keadaan sangat
payah itu.
Tetap sama. Selalu ada di sisi.
Kamu, seseorang yang aku inginkan di suatu hari nanti.
Ketika membuka mata di pagi hari atau saat aku terbangun di
malam hari karena mimpi buruk.
Kamu, seseorang yang aku inginkan di suatu hari nanti.
Menunggu kepulanganmu dari tempatmu berpeluh, mengecup
kening ketika tiba di rumah, dan membuatkanmu kopi di sore hari.
Kamu, seseorang yang aku inginkan di suatu hari nanti.
Bercengkerama dengan anak-anak kita.
Bercerita tiada jeda.
Tertawa hingga perut melilit.
Bahkan hingga mata menangis.
Kamu, seseorang yang aku inginkan di suatu hari nanti.
Menjajal semesta.
Membuka kepenatan.
Menggulirkan ketakutan.
Kamu, seseorang yang aku inginkan di suatu hari nanti.
Menghabiskan masa tua.
Dan berharap dipertemukan lagi di dunia yang kekal.
Jika suatu hari nanti kamu sedang membaca ini.
Saat aku menulis ini,
Senja selalu kita tutup dengan pulang ke rumah
masing-masing.
Dan kita masih khusyuk berdoa untuk memiliki rumah yang
sama, untuk kita pulang, mengakhiri hari.
Dan saat aku menulis ini,
Aku sedang dalam keadaan lebih mencintaimu.
Sama, seperti saat kamu membacanya, suatu saat nanti.
0 komentar:
Posting Komentar