Based on Beruntungnya Aku – Sheila on 7.
meminta
perhatian namun jarang menghiraukan
inginkan
kesetiaan namun sering menduakan
semua itu
salahku, aku di masa lalu tak cukup menyesalinya, jangan lagi mengulanginya
mengenal
dirimu ku jalani denganmu
saat marah
aku lupa semua kelebihanmu
mengingat
awal kita memulai sebuah cerita
ada saat
terluka hiasi masa bahagia
kau
menyadarkan aku kita bukan makhluk sempurna mendekati pun tidak tanpa kau
melengkapiku harus berkaca, hanya beginilah aku beruntungnya aku memiliki
dirimu
akan ku
bawa cermin ini kalau perlu sampai mati agar aku tak lagi lupa
selalu
mensyukuri hari ini, denganmu aku berbagi beruntungnya aku
Terlalu
asyik mencari yang sempurna, membuat kita terkadang lupa bersyukur atas apa
yang telah kita miliki.
Menginginkan
yang terbaik, tapi kita sendiri tidak pernah memperbaiki diri sendiri.
Beruntungnya
aku, mengingatkan kita untuk selalu bersyukur, betapa beruntungnya kita
memiliki seseorang, seperti yang saat ini ada di sisi kita, bagaimanapun keadaannya.
Mungkin
memang tak sempurna.
Tak
tampan rupawan, tak cantik jelita, tak tinggi semampai, tak berberat badan
ideal, tak pintar beradu argumen, tak bergelimang harta, dan tak “sempurna”
lainnya.
Beruntungnya
kita.
Memiliki
dia yang selalu ada di sisi.
Dia yang memberikan banyak waktu untuk kita, hanya
sekedar beradu argumen tak penting atau bersenandung lagu yang random.
Dia yang bersedia
berbagi cerita pada kita atau bersedia mendengarkan cerita kita yang tak
berjeda.
Dia yang
menenangkan emosi sesaat kita atau menghapuskan air mata kita.
Dia yang
memijat lembut tubuh kita saat aktivitas di luar menggerogoti tubuh kita.
Dia yang
mengomel saat tubuh sakit tetapi masih saja keras kepala untuk beraktivitas
berat.
Dia yang
mengecup manis kening kita saat akhirnya harus pulang.
Dia yang
selalu memaklumi dan memaafkan kesalahan kita, ataupun kita yang selalu bisa
memaafkan kesalahannya.
Dan dia
dengan segala yang terbaik dari dirinya.
Waktu.
Sejatinya akan membuat kita semakin tersadar, bukan lagi yang sempurna yang
kita cari.
Masa
lalu. Sejatinya akan memberikan kita pelajaran, bahwa kesalahan lalu ada untuk
kita sebagai proses menjadi seseorang yang jauh lebih baik.
Kita.
Sejatinya adalah dua insan yang dipertemukan di waktu yang menurutNya tepat, berproses
bersama dengan “saling”, dan memiliki satu mimpi yang sedang sama-sama
diperjuangkan.
Beruntungnya
aku, bertemu denganmu, pada masa saat ini.
Beruntungnya
aku, dipertemukan denganmu, setelah masa-masa laluku, yang membentukku hingga
seperti ini.
Beruntungnya
aku, memiliki dirimu.
0 komentar:
Posting Komentar