Sabtu, 11 Juli 2015

Beruntungnya Aku


Based on Beruntungnya Aku – Sheila on 7.

meminta perhatian namun jarang menghiraukan
inginkan kesetiaan namun sering menduakan
semua itu salahku, aku di masa lalu tak cukup menyesalinya, jangan lagi mengulanginya

mengenal dirimu ku jalani denganmu
saat marah aku lupa semua kelebihanmu
mengingat awal kita memulai sebuah cerita
ada saat terluka hiasi masa bahagia

kau menyadarkan aku kita bukan makhluk sempurna mendekati pun tidak tanpa kau melengkapiku harus berkaca, hanya beginilah aku beruntungnya aku memiliki dirimu

akan ku bawa cermin ini kalau perlu sampai mati agar aku tak lagi lupa
selalu mensyukuri hari ini, denganmu aku berbagi beruntungnya aku


Terlalu asyik mencari yang sempurna, membuat kita terkadang lupa bersyukur atas apa yang telah kita miliki.
Menginginkan yang terbaik, tapi kita sendiri tidak pernah memperbaiki diri sendiri.

Beruntungnya aku, mengingatkan kita untuk selalu bersyukur, betapa beruntungnya kita memiliki seseorang, seperti yang saat ini ada di sisi kita, bagaimanapun keadaannya.

Mungkin memang tak sempurna.
Tak tampan rupawan, tak cantik jelita, tak tinggi semampai, tak berberat badan ideal, tak pintar beradu argumen, tak bergelimang harta, dan tak “sempurna” lainnya.

Beruntungnya kita.
Memiliki dia yang selalu ada di sisi. 
Dia yang memberikan banyak waktu untuk kita, hanya sekedar beradu argumen tak penting atau bersenandung lagu yang random.
Dia yang bersedia berbagi cerita pada kita atau bersedia mendengarkan cerita kita yang tak berjeda.
Dia yang menenangkan emosi sesaat kita atau menghapuskan air mata kita.
Dia yang memijat lembut tubuh kita saat aktivitas di luar menggerogoti tubuh kita.
Dia yang mengomel saat tubuh sakit tetapi masih saja keras kepala untuk beraktivitas berat.
Dia yang mengecup manis kening kita saat akhirnya harus pulang.
Dia yang selalu memaklumi dan memaafkan kesalahan kita, ataupun kita yang selalu bisa memaafkan kesalahannya.
Dan dia dengan segala yang terbaik dari dirinya.

Waktu. Sejatinya akan membuat kita semakin tersadar, bukan lagi yang sempurna yang kita cari.

Masa lalu. Sejatinya akan memberikan kita pelajaran, bahwa kesalahan lalu ada untuk kita sebagai proses menjadi seseorang yang jauh lebih baik.

Kita. Sejatinya adalah dua insan yang dipertemukan di waktu yang menurutNya tepat, berproses bersama dengan “saling”, dan memiliki satu mimpi yang sedang sama-sama diperjuangkan.

Beruntungnya aku, bertemu denganmu, pada masa saat ini.
Beruntungnya aku, dipertemukan denganmu, setelah masa-masa laluku, yang membentukku hingga seperti ini.

Beruntungnya aku, memiliki dirimu.

0 komentar:

Posting Komentar