Senin, 13 Oktober 2014

Jogja (yang katanya) Berhati Mantan


Setelah membaca salah satu artikel yang aku temukan di media sosial tentang “Jogja Berhati Mantan”, memang benar adanya kata-kata itu.
Jogja memang memberikan efek sentimentil dan keromantisan tersendiri bagi mereka yang pernah jatuh cinta, pun patah hati di kota ini.

Tidak ada yang tidak bisa dibuat jatuh cinta oleh Jogja. Tiap sudutnya pasti memberikan daya tarik sendiri untuk membuat kisah cinta yang sederhana tapi sangat sulit untuk dilupakan.

Pernah jatuh cinta, yang kemudian patah hati, dan kembali jatuh cinta, dan patah hati lagi, tidak membuat mereka yang mengalaminya serta-merta merasa kapok untuk kembali lagi jatuh cinta di kota ini.

Kesederhanaan untuk bisa jatuh cinta di sini, sesederhana melewati senja berboncengan di Alun-alun Kidul, atau menelusuri jalan Malioboro yang ramai penuh cerita.
Sesederhana menghabiskan secangkir minuman hangat di angkringan, atau mendengarkan tourguide menjelaskan dengan detail tiap sudut Tamansari.
Sesederhana melihat matahari terbenam di deretan pantai-pantai Yogyakarta, atau melihat bentangan indahnya panorama Yogyakarta dari atas Bukit Bintang.

Jogja terlalu besar untuk dilupakan, terlebih bagi saya.
Mungkin saya yang baru enam tahun tinggal di kota ini, belumlah seberapa dibandingkan mereka yang mungkin sudah berpuluh-puluh tahun menjadi bagian dari kota yang istimewa ini.
Tapi rasanya, enam tahun menjadi proses pendewasaan yang sangat luar biasa. Dan saya merasa beruntung, saya melewati proses itu di kota ini, bukan kota yang lain.

Bagaimana mendapatkan teman yang sama-sama dari perantauan, belajar di dunia perkuliahan, bertemu berbagai macam karakter yang kita harus pintar memilih mana yang harus dipertahankan menjadi kawan, mana yang bukan.
 Bertemu dia yang membawa warna baru, berproses bersama. Kehilangan dia dan sempat merasa kehilangan otak tertawa. Menemukan seseorang yang membantu saya kembali, berproses bersama dari nol, sukses bersama, dan kembali kehilangan “teman hidup seperjuangan”, benar adanya bahwa Jogja tidak akan pernah lepas dari ingatan saya.

Dan terjatuh, tidak lantas membuat saya kapok, dan saya masih punya mimpi untuk kembali jatuh cinta di kota ini, bahkan menghabiskan dunia saya dengan bercerita di kota ini. Siapa tahu ?

Begitu adanya kota ini, jatuh cinta lah di Jogja, maka kamu akan tahu bagaimana istimewanya kota ini.

Jogja, bagaimana bisa pergi, jika hati rasanya ingin terus pulang dan kembali ke kota ini ?


3 komentar:

  1. nice artikel kak , biar lebih greget beli kaos ini kak http://bolongankaos.com/shop/yogyakarta-berhati-mantan/ :))

    BalasHapus
  2. Akh Jogjaku, aku selalu rindu denganmu

    BalasHapus
  3. Puji rahmadiyanto : terima kasih

    Pelatihan Internet Marketing : tidak ada yang tidak rindu pada jogja

    BalasHapus