Aku, perempuan
biasa .
Bukan perempuan
perkasa yang mampu menaklukkan gunung.
Menempuh jarak
berkilo-kilometer untuk mencapai puncak tinggi
Akupun perempuan
biasa,
Pintar memasakpun
tidak
Sekalipun
berkutat di dapur, setengah jam untuk menyiapkan bahan, limabelas menit untuk
memasak, setengah jam berikutnya untuk membersihkan berantakannya dapur setelah
aku pakai.
Akupun bukan
perempuan dengan karir kerja sangat cemerlang,
Laporan keuangan bulanan
terkadang tidak tepat waktu, mencari selisih angkapun harus aku bawa pulang ke
kos untuk lebih aku cermati
Tidak banyak ide
yang aku sampaikan dalam rapat Dinas.
Aku, perempuan
biasa.
Yang masih
merengek minta kerik Bapak karena angin begitu mudah masuk tubuhku.
Yang masih
bergelut manja dengan Mama saat Sabtu-Minggu, kesempatan yang saat ini sangat
sulit aku temukan.
Yang masih
menangis melihat dari kaca jendela kereta ketika Bapak menunggui kereta
keberangkatanku ke Jogja berangkat,
Yang masih
memaksa senyum padahal sangat ingin menangis ketika berpamitan dengan Mama untuk
kembali ke perantauan.
Akupun hanya
perempuan biasa,
Bergelayut manja
di lengan terkasih, yang mampu membuatku merasa sangat nyaman
Beradu argumen
tak mau kalah, bahkan untuk hal-hal kecil tidak penting, yang terselesaikan
dengan pelukan manja
Akupun perempuan
biasa,
Tidak tinggi
semampai, cenderung kurus dan kuning langsat.
Bukan tipikal
cantik dengan rambut terurai, ataupun badan aduhai dambaan laki-laki.
Aku perempuan
biasa,
Terlalu sering
eyeliner berantakan, lipstickpun tidak merah merona.
Tak banyak heels
atau wedges yang aku punya.
Sneaker anti-cuci
yang selalu aku andalkan, atau flatshoes nyaman yang baru aku ganti jika
sekiranya sudah benar-benar belel.
Seperti inilah
aku,
Yang mungkin jauh
dari tipikal perempuan dambaan.
Tidak perkasa,
masakpun hanya sekedarnya, pakaianpun jauh dari terlihat feminim.
Satu yang aku
pastikan bahwa aku bukan perempuan biasa.
Aku sangat
mencintai keluarga.
Teruntuk itulah,
sebiasa apapun aku sebagai perempuan, sekuat kemampuanku, aku akan menjadi
perempuan luar biasa untuk keluargaku.
Tidak usah
risaukan anakmu nanti.
Nyawapun, akan
aku relakan untuk membahagiakannya.
Jangan takut
kehabisan pakaian, ataupun stock makanan harian.
Jangan takut
rumah kita berantakan, atau kotoran kucing peliharaan dimana-mana.
Jangan takut anak
kita kekurangan ciuman atau pelukan.
Jangan takut pendidikan anak kita tidak lebih tinggi dari kita.
Jangan takut anak kita tidak sering melihat alam.
Aku, perempuan biasa
yang akan menjadi luar biasa, untuk kehidupan kita nantinya.
Percayakan
padaku.
Aku akan menjadi
luar biasa untuk kita.
0 komentar:
Posting Komentar